Mungkin ada di antara kita yang telah banyak
menengadahkan tangannya untuk berdoa kepada Allah dengan sungguh-sungguh tetapi
ternyata Allah subhanahu wa ta’ala tidak atau belum mengabulkan doanya. Padahal
semua sebab-sebab dikabulkan doa telah dilakukannya, seperti:
-Ikhlas dan tidak berbuat syirik.
-Memulai dengan pujian dan salawat.
-Dengan sungguh-sungguh dan tidak lalai.
-Yakin akan dikabulkan oleh Allah.
-Memilih waktu dan tempat mustajab.
-Meninggalkan makanan, minuman dan pakaian haram.
-Meninggalkan maksiat dan bertaubat.
-Mengerjakan ketaatan dan bertawasul dengan nama-nama
Allah, dan lain-lain.
Dia berkata, “Ada apa gerangan? Mengapa ini bisa
terjadi? Bukankah Allah Maha Kuasa dan mengabulkan doa-doa hamba yang berdoa
kepada-Nya? Apakah Allah tidak sayang kepadaku? Bukankah Allah mengatakan:
{ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ}
‘Berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkannya untuk
kalian.’ (QS Ghafir: 60).”
Sabarlah wahai Saudaraku sesungguhnya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ أَحَدٍ يَدْعُو بِدُعَاءٍ إِلاَّ آتَاهُ اللَّهُ مَا سَأَلَ أَوْ كَفَّ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهُ، مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ.
“Tidak ada seorang pun yang berdoa dengan sebuah doa
kecuali Allah akan mengabulkan apa yang dimintanya atau memalingkannya dari
keburukan yang semisalnya, selama dia tidak berdoa yang mengandung dosa atau
pemutusan silaturahmi.”1
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ ، وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ ، إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ : إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الآخِرَةِ ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا قَالُوا : إِذًا نُكْثِرُ ، قَالَ : اللَّهُ أَكْثَرُ.
“Tidak ada seorang muslim pun yang berdoa dengan
sebuah doa yang tidak terkandung di dalamnya dosa dan pemutusan silaturahmi,
kecuali Allah akan memberikannya salah satu dari ketiga hal berikut: Allah akan
mengabulkannya dengan segera, mengakhirkan untuknya di akhirat atau
memalingkannya dari keburukan yang semisalnya.
Para sahabat berkata, “Kalau begitu kami akan
memperbanyak doa kami.” Beliau berkata, “Allah lebih banyak lagi.”2
Dari kedua hadits di atas kita dapat memahami bahwa
seseorang yang telah benar-benar melaksanakan sebab-sebab dikabulkannya doa,
insya Allah doanya akan dikabulkan oleh Allah. Jika tidak dikabulkan, maka akan
diakhirkan atau diberikan kebaikan oleh Allah di hari kiamat atau Allah akan
sengaja tidak mengabulkan doanya di dunia agar dia terhindar dari akibat buruk
apabila doa tersebut dikabulkan dan Allah memalingkannya kepada sesuatu yang
lebih baik dari apa yang dia minta.
Pada hadits kedua, kita dapat melihat semangat para
sahabat dalam beribadah, mereka mengatakan, “Kalau begitu kami akan
memperbanyak doa kami.” Itulah yang seharusnya kita lakukan kepada Allah, yaitu
memperbanyak doa kepada Allah.
Adapun perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, “Allah lebih banyak lagi”, para ulama menyebutkan beberapa makna dari
perkataan tersebut, di antaranya:
-Allah akan lebih banyak mengabulkannya daripada
banyaknya doa yang kalian -minta.
-Allah akan lebih banyak memberikan karunia dan
keutamaan daripada doa yang kalian minta.
-Allah tidak akan lemah dengan banyaknya permintaan
kalian dan lain-lain.
Dengan melihat kedua hadist di atas dengan lafaz yang
berbeda, maka tentu kita akan bertambah yakin bahwa Allah Maha Adil, Maha
Bijaksana, Maha Mengetahui seluruh hikmah dan Maha Sayang kepada
hamba-hambanya.
Mudah-mudahan kita bisa terus bersabar menghadapi
kehidupan di dunia ini dan mensyukuri seluruh apa yang Allah berikan kepada
kita serta bisa selalu berbaik sangka kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Di dalam hadits qudsi Allah subhanahu wa ta’ala
mengatakan
(( أنا عندَ ظنِّ عبدي بي ، فليظنَّ بي ما شاء ))
“Aku berdasarkan prasangka hamba-Ku terhadap-Ku. Oleh
karena itu, berprasangkalah terhadap-Ku sesuka hatinya.”3
Dan di dalam riwayat lain terdapat tambahan bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
(( فلا تظنُّوا بالله إلا خيراً ))
“Janganlah kalian berprasangka kepada Allah kecuali
dengan prasangka yang baik.”4
Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat. Amin.
**
16 Dzul-qa’dah 1435 H/11 September 2014
Ma’had Imam Al-Bukhari, Karang Anyar, Jawa Tengah
Daftar Pustaka
Jami’ Al-Ulum wa Al-Hikam. Ibnu Rajab Al-Hanbali.
Tuhfatul-Ahwadzi Bisyarhi Jami’ At-Tirmidzi.
Al-Mubarakfuri.
Dan lain-lain sebagian besar tercantum di footnotes.
Catatan kaki
1 HR At-Tirmidzi no. 3381. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani.
2 HR Ahmad 11133 dari Abu Said Al-Khudri. Sanad-nya dinyatakan jayyid oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dkk.
3 HR Al-Bukhari no. 7405 dan Muslim no. 2675.
4 HR Ibnu Abid-Dunya dalam ‘Kitab Husni Dzhanni Billah’ no. 84.
—
Penulis: Ustadz Said Yai Ardiansyah, Lc., MA.
Sumber : Artikel Muslim.Or.Id
_______________
Youtube :
youtube.com/perumahanislamiindonesia.
Instagram :
Instagram.com/perumahanislamiindonesia.
Facebook :
facebook.com/perumahanislamiindonesia.
Perumahan Islami Indonesia
Developer, Agensi dan Konsultan Property Syariah
0 comments:
Post a Comment